Kamis, 18 November 2010

jiwa yang rindu kekasih

“Tak adil rasanya Allah berikan semua ini untukku”. Mungkin itulah sepenggal kalimat yang pernah terlintas dalam benakku, sebuah rangkaian kata dari hati seorang wanita yang mengharapkan kasih sayang seorang suami dalam hidupku yang telah lama aku nantikan.

Tetes air mata dalam kerasnya ujian hidup menjadikanku kuat dibalik lemahnya takdir sebagai seorang wanita. Di usiaku yang telah dewasa, hanya tangis sayat hati seorang wanitalah yang bisa ia rasakan, meskipun harus aku pendam tangis ini dalam-dalam.

Besar keinginanku untuk segera menikah, berharap ada pundak tempatnya tuk bersandar sekedar berbagi suka dan duka. Tapi apa daya, Allah belum menghendakinya. Kegagalan demi kegagalan dalam menjalin hubungan, membuatku harus kalah di tangan takdir, bahwa jodoh akan berpihak di waktu yang tidak akan pernah aku ketahui.

Dua puluh empat tahun sudah usiaku, tapi belum ada satupun lelaki yang berkenan meminangnya. Beragam usaha telah ia lakukan demi tercapainya harapan tuk menjadi wanita sejati, menjadi istri yang sholihah dan menjadi ibu yang bijak bagi anak-anakku kelak. Tapi manusia hanya wajib berusaha, Allahlah yang menentukan.

Berbagai keresahan menjadi sahabat dalam hidupku kini. Rasa sakit di kepala sebagai akibat dari akumulasi keresahannya yang memuncak menjadi momok yang sangat menyiksaku, belum lagi rasa mual dan muntah setiap kali tamu bulanan menghampiriku. Namun aku bukanlah wanita bodoh yang hanya berdiam diri saat sakit menyiksa.

Seperti halnya mencari jodoh, beragam usaha pun aku lakukan demi kesembuhan sakit yang menyiksaku selama ini. Tapi sayang, beragam usaha yang ku lakukan, beragam kata menyerah pula yang aku dapatkan. Berbagai dokter telah aku datangi, berbagai tes juga aku ikuti, tapi tak satupun jenis penyakit yang dapat didiagnosis untukku. Dokter menyerah dan hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa penyakitnya ini mungkin akibat stress yang berkepanjangan, sehingga solusinya adalah menikah sebagai peredam sakitnya. Semakin bertambah sedihlah aku akan apa yang dialaminya, harus dicari kemana jodoh kalau memang itu adalah peredam sakit yang menyiksaku selama ini, mengingat aku hampir putus asa dalam mencari jodoh, pasangan jiwaku.

Dalam peliknya hidup yang aku jalani, aku berkeluh kesah pada sahabatku yang selalu ada untuk hidup ku,

“Na, tulang rusuk darinya kamu berasal sesungguhnya ada di dekatmu, ia tak jauh-jauh dari hidupmu. Menangislah kamu di sepertiga malam terakhir, mohon Allah berkenan bukakan pintu rahmatNya untukmu.

Sesungguhnya Allah adalah Zat Yang Maha Tinggi, tapi ia tak bisa didekati dengan tinggi hati. Merendahlah, sebagaimana rendahnya kita di hadapanNya. BagiNya adalah sangat mudah apa yang dianggap sulit oleh manusia, dan Dia bisa membuat sulit apa yang dianggap mudah oleh manusia. Dia bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Bisa menghidupkan yang mati dan mematikan yang hidup. Dan bisa merubah malam menjadi siang serta merubah siang menjadi malam. Dia menciptakanmu dari tiada menjadi ada dan menjadikanmu tiada setelah kamu ada.

Teramat mudahlah bagiNya mendatangkan jodoh yang jauh menjadi dekat dan membuat jodoh yang dekat menjadi jauh. Hidupmu ada dalam genggamanNya, dan hidup jodohmu pun ada dalam kekuasaanNya. Dialah pemegang hati manusia, pemegang hatimu dan hatinya. Mintalah agar hatimu dipertemukan dengan hatinya dalam naungan Hati Allah agar hati kalian bersatu dalam cintaNya.

Sesungguhnya Allah sangat dekat, bahkan jauh lebih dekat dari urat nadimu sendiri. Dia Pengabul segala doa dan Penjawab segala harap. Dekati Allah, maka Dia akan mendekatimu. Satu langkah kamu mendekat, maka 1000 langkah Dia akan berlari mendekatimu. Karena Dialah Allah Zat Yang Maha Dekat untuk hamba-hambaNya yang berkenan mendekat padaNya.

Kalau kamu merasa Allah tak adil padamu, berpikirlah sejenak akankah Allah yang tak adil ataukah kamu yang tak adil padaNya? Allah dengan sifatNya yang Maha Adil telah berikan keadilanNya kepadamu berupa nikmat tak terkira dalam hidupmu, tapi sudahkah kamu bersyukur padaNya akan segala nikmat-nikmatNya? Kini kembalilah pada Allah, menangis dan tunduk sujudlah padaNya, memohon agar belas kasihNya Dia hadirkan untukmu. Untuk hadirnya jodohmu dan untuk kesembuhanmu.”

November 2010,

Do’a Cinta Sang Pengantin

Ya Allah,
Andai Kau berkenan, limpahkan kepada kami cinta
yang Kau jadikan pengikat rindu Rasulullah dan Khodijah Al-Kubro,
yang Kau jadikan mata air kasih sayang Imam Ali & Fatimah Az-Zahro
yang Kau jadikan penghias keluarga NabiMu yang suci

Ya Allah,
Andai semua itu tak layak bagi kami,
Maka cukupkanlah bagi kami dengan RidhoMu
Jadikanlah kami sebagai suami istri yang saling mencintai di kala dekat,
saling menjaga kehormatan di kala jauh.
Saling menghibur di kala duka,
Dan saling mengingatkan di kala bahagia,
saling mendoakan dalam kebahagiaan dan ketaqwaan,
dan saling menyempurnakan dalam beribadah kepadaMu.

Ya Allah,
Sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan menjadikan pernikahan ini sebagai ibadah kepadaMu
dan bukti ikutnya cinta kami kepada sunnah keluarga RasulMu. Amiiin…

hani

Beberapa bait puisi di atas dalam selembar undangan pernikahan menjadi bukti jawaban Allah atas pinta tangis hambaNya. Aku di usiaku yang ke-24, didekatkan jodohnya oleh Allah, seorang lelaki bujang yang berusia 4 tahun di atasku. Seorang jodoh yang tak pernah ku sangka akan hadir menemani sisa hidupku, ternyata Allah hadirkan dan Allah jawab doa-doaku.. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar